November 10, 2013

A Thought Of A Dreamer #20





I am not the first person you loved.
You are not the first person I looked at
with a mouthful of forevers. We
have both known loss like the sharp edges
of a knife. We have both lived with lips
more scar tissue than skin. Our love came
unannounced in the middle of the night.
Our love came when we’d given up
on asking love to come. I think
that has to be part
of its miracle.


This is how we heal.
I will kiss you like forgiveness. You
will hold me like I’m hope. Our arms
will bandage and we will press promises
between us like flowers in a book.
I will write sonnets to the salt of sweat
on your skin. I will write novels to the scar
of your nose. I will write a dictionary
of all the words I have used trying
to describe the way it feels to have finally,
finally found you.

And I will not be afraid
of your scars.
 


I know sometimes
it’s still hard to let me see you
in all your cracked perfection,
but please know:
whether it’s the days you burn
more brilliant than the sun
or the nights you collapse into my lap
your body broken into a thousand questions,
you are the most beautiful thing I’ve ever seen.
I will love you when you are a still day.
I will love you when you are a hurricane.

 
by Clementine von Radics, Mouthful of Forevers

November 3, 2013

My Sunday Morning Routine: Fudgy Nutella Cookies




PS: Click to see the whole recipe ;)

October 4, 2013

GILA



Terbunuh aku terbunuh
tak perlu hujan
atau kilat 
yang bergemuruh

Dengan gerimis 
angkuhku pun luruh

Tersungkur


memujamu 
hingga terbunuh

August 15, 2013

DASAR

Sudah penuh lebam,
kian hari pun semakin kelam.
Bertubi dihujam pilu, 
namun masih saja dijuarai malu.
Bekali-kali tersungkur penuh memar, 
namun, masih saja diam menatap nanar,
barangkali menunggu terkapar?
Ah sudahlah.
Dasar.


August 7, 2013

SIBUK

I've been really busy doing this and that go-to-college stuff


So far so good...
I must admit life is still beautiful 
And I'm happy to be here

July 16, 2013

Sepotong Peracakapan Tentang Kwetiaw, Hidup Dan Kita

"Kita mau masak apa?" tanyamu sambil menggaruk-garuk leher belakangmu.

Aku selalu suka jika mendengar kamu menyebut kata kita, ini seperti....ah sudahlah, aku harus berhenti meracau dan mengembalikan akal sehatku ke dunia nyata sebelum itu tenggelam kembali ke dalam ekspektasi-ekspektasi sialan yang seringkali berujung pada kekecewaan.

"Ummm, nggak tau, loh kamu katanya udah beli bahannya?" tanya ku.

"Aku nggak tau kenapa tadi malahan beli bahan kwetiaw, gak papa ya?"

"Bay.... kalo gitu mah namanya masak kwetiaw udah jelas" ucapku sedikit tertawa. 

Kamu masih belum berubah. Kamu dan ketololanmu yang seringkali muncul tanpa permisi, yang awalnya terasa sangat menjengkelkan, namun pada akhirnya terasa biasa saja. Mungkin karena kita sudah saling menemukan titik maklum untuk satu sama lain.
- - - - -
"Gimana hidup kamu cit?" tanyamu tiba-tiba, tanpa melepaskan pandangan dari bakso yang sedang kamu iris-iris

Aku yang sedang memotongi daun bawang lantas terdiam sejenak, kemudian menjawab, 
"Hidup? Hmmm... Shit as usual. Aku berharap aku bisa ngubah masa lalu, yang mungkin adalah reason kenapa aku jadi orang yang bitter begini sekarang hehe"

"Hahaha. Hidup emang tahi cit. Sangat tahi. Kadang kita berharap, bahwa diantara semua ke-tahi-an hidup, ada satu hal baik diantara berjuta hal gak baik dalam hidup, misalnya kemampuan untuk bisa mengubah masa lalu. Sulit diterima memang, tapi kita gak bisa mengubah masa lalu. Kita gak bisa kembali untuk memanipulasi beberapa hal dalam hidup kita sebelumnya agar sesuai dengan kehendak kita" katamu panjang lebar sambil memotong-motong bawang

"Karena kalau Tuhan mengizinkan itu, hidup sendiri akan menjadi tidak berarti, membosankan dan tidak pantas "dihidupi" karena untuk menghidupi itu kita tidak perlu berjuang atau melakukan usaha apapun untuk bertahan. Tapi Tuhan mengizinkan kita untuk merancang masa depan kita sedemikian rupa agar bisa lebih baik dan menurut aku itu adalah salah satu kebaikan dari hidup. Btw, kamu udah selesai motong daun bawangnya? Kocok telur gih, aku mau ngiris-ngiris ayam" ucapmu yang kemudian membuka lemari es dan mengambil sepotong ayam beku

Lalu kamu melanjutkan "Tadi sampe mana? Oh, ya gitu cit, dalam hidup kita pasti akan membuat kesalahan, tapi kamu harus ingat bahwa suatu hal terjadi pasti mempunyai sebuah alasan yang menyertainya dan dari hal yang terjadi itu kita bisa menggali pembelajaran yang akan membuat kita tumbuh jadi manusia yang lebih baik. Mungkin kamu hanya perlu lebih menerima dan belajar untuk tidak hanya melihat sesuatu hanya dari satu sudut pandang, dengan begitu aku yakin kamu gak akan berpikiran bitter lagi." ucapmu panjang lebar

"Tapi hidup gak pernah mengajari kita bagaimana mengatasi kekecewaan ketika suatu hal tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi kita, Bay" ucapku sambil menuangkan garam dan lada ke dalam telur dan mengocoknya kembali

"Karena itu guna nya hidup cit, penuh teka-teki yang harus kita isi dan untuk mengisinya kita harus mengalami hal-hal tai seperti kekecewaan. Ketika suatu hal gak berjalan sesuai dengan rancangan pikiran kita, bangun, coba lagi, terus coba lagi bahkan ketika kamu udah berada pada titik dimana kamu ingin menyerah" kamu terdiam sejenak, kemudian melanjutkan
"Tapi yang harus diingat, kekecewaan serta luka yang kita alami pasti akan sembuh seiring dengan berjalannya waktu. Rasa sedih dan kecewa pasti ada akhir. Kamu hanya memberi sedikit ruang kepada waktu untuk melakukan itu semua. Beri rasa maklum bahwa segala sesuatu membutuhkan proses, seperti kamu memberi rasa maklum kepada setiap hal tentang kita... itu memakan proses yang gak sebentar, namun bukan juga hal yang mustahil kan?" ucapmu sambil memasukan semua bahan ke wajan yang telah diisi minyak panas.

Sambil mengaduk-aduk kwetiaw di wajan, kamu berkata "You just have to live life to the fullest, live in the moment because every second you spend is a second you can never get back"
- - - - -
Ah, lagi-lagi kamu melakukannya. Kamu lagi-lagi kembali mengingatkan aku akan alasan mengapa aku sangat mencintaimu, mengingatkanku kembali kepada setiap keyakinan tentang kamu yang berusaha kupegang teguh namun kerap kali terabaikan karena emosi semu. Kamu beserta jalan pikiranmu yang rumit nan berlika-liku, yang tanpa disangka-sangka bisa menghasilkan penjelasan memukau seperti tadi. 

Haruskah aku berterima kasih lagi kepada kamu karena percakapan kita tadi telah mengubah persepsiku agar tidak selalu melihat hidup dengan sinis? Atau aku harus berterima kasih karena telah diingatkan untuk mengucap syukur kepada Tuhan beserta takdir yang telah mempertemukan aku dengan orang mengagumkan seperti kamu untuk kemudian disatukan dalam kata kita?



July 7, 2013

Setengah Lima Pagi

Kita sama-sama terlalu mabuk.
Terlalu hanyut hingga logika dan norma jatuh terpuruk.
Ingatanku pun seketika menjadi buruk.
Yang aku ingat:
Aku dan kamu; Di sudut tempat itu; Jemari saling terpaut; Bercumbu;
Seakan-akan hari esok tidak bisa lagi ditunggu;
Seakan-akan sebuah ikatan tidak lagi diperlukan sebagai tolak ukur mutlak untuk melakukannya.
Kepalaku mulai semakin pening.
Alkohol keparat. Menjadikan kepenatan di kepala ini seolah-olah sebuah santapan lezat untuk dikoyak-koyak.
- - - - -
 Aku pun berusaha beranjak; berniat menyudahinya; melepasmu. 
Namun kamu enggan. Kamu menarikku lagi, lalu menenggelamkanku kembali ke dalam lautanmu. 
Kamu meminta lebih; kamu ingin mengetahui tentangku.
Bahkan kamu bertanya apakah kita masih bisa bertemu lagi. 
Dan sialnya, aku mengiyakan.
Kamu memelukku sekali lagi. Dan pada saat itu, tidak satupun dari kita enggan untuk melepaskan. 
Kita hanya terdiam. 
Tak lagi saling mencumbu, hanya terdiam. 
Memeluk satu sama lain; menghargai dan menikmati setiap milisekon yang masih kita miliki di dalam keheningan.
Karena kita tahu, kita terlampau malu untuk bertemu lagi dalam keadaan yang tidak menyimpang seperti ini. 
Aku terlalu malu untuk mengorbankan harga diriku demi mengakui mengakui bahwa aku menikmatinya.
Berpelukkan dalam keheningan, diantara semua kebisingan, bersama orang asing sepertimu, yang anehnya, terasa seperti rumah bagiku.
- - - - -
Pukul setengah lima pagi; kita sama-sama beranjak. 
Lupakan ucapan selamat tinggal klise khas dalam film. Kita tidak melakukannya, asal kamu tahu. 
Pertemuan kita tidak diakhiri dengan kecupan lembut, pelukkan hangat... atau sebuah lambaian tangan beserta senyuman sebagai penanda masih adanya harapan untuk bertemu di masa depan. 
Kamu terlalu sibuk menyeret teman-temanmu masuk ke mobil; teman-temanmu yang sudah terkapar tanpa daya; bagai seekor anjing yang baru saja terlindas.
Aku juga terlalu sibuk, berusaha menahan nyeri di kepalaku;
Serta meredam segala kepenatan yang telah kamu ubah menjadi sebuah kesenangan, yang sekarang makin tidak tahu diri, menuntut sesuatu yang sangat mustahil. 
Terima kasih ya, Kamu. 
Maafkan ingatanku yang buruk, yang bahkan mengingat rupamu saja tak sanggup.
Doakan aku agar berhasil membayar luapan rasa penasaranku demi mencari sepotong tentang kamu di celah-celah ruang maya.
Jika mungkin, tolong biarkan aku sesekali untuk menyinggahi kepalamu, ya.
Jangan ragu untuk menghubungiku ketika tentangku di kepalamu sudah tidak lagi terkait dengan apa yang ada di balik celanamu.

Love, 
Aku;

yang sedang tidak mujur karena menginjak muntahan temanmu. 
Sial.

June 25, 2013

Untuk Kamu


Selamat 2 Maret. Ya memang, sepertinya semesta pun tahu bahwa sudah terlampau sangat jauh dari tanggal tersebut. Namun mengertilah, bahwa menyaring dan mengubah perasaan romantisme yang meluap-luap menjadi rentetan kata yang tidak klise atau menjijikan adalah hal yang cukup sulit selain menjilat hidung dengan lidah. Begitu pula dengan mengumpulkan keberanian untuk mulai menyusun rentetan kata tersebut dan menunjukannya ke kamu tanpa harus merasa seperti ada kobaran api yang sangat panas di pipi.  

Berapa? 5 tahun katamu? Kamu, bahagia? Aku? Tidak selalu. Tunggu dulu, jangan menyimpulkan secepat itu. Jangan beranjak dulu. Ya boleh, silahkan jika kamu ingin menikmati secangkir teh hangat sembari berusaha memahami (dan mungkin memaklumi) aku beserta pikiranku yang rumit. Cerita kamu dan aku dimulai saat kamu menyodorkan sebuah tisu yang berisi sebuah ajakan klise untuk merajut sebuah pertalian ke tingkatan lebih tinggi. Dan aku tidak pernah membayangkan bahwa sebuah kata "ya" yang sangat sederhana mampu mengubah dan menjungkir-balikkan setiap aspek dalam hidupku.

Tahap awal pertalian kita memang tidak mudah ataupun selalu dipenuhi kata kiasan yang memabukan khas muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, segala ketidakmudahan tersebut memberi kita pelajaran bahwa meluruskan simpul-simpul kusut bernama ego yang tidak jarang terputus bukanlah hal yang mudah dilakukan, namun sangat mungkin untuk bisa diwujudkan jika kita melakukannya dengan beriring tanpa digiring, dengan teliti kita meniti, bersama-sama memperbaiki dan meluruskan setiap simpul tersebut, hingga akhirnya bertemu dengan kata "maklum".

Tiba-tiba aku teringat, ketika lagi-lagi ketidakmudahan datang menghampiri kita. Aku yang selalu larut dalam ketakutan dan terjerumus dengan segala angan negatif tentang kamu, dihadapkan dengan kenyataan bahwa aku harus meredam segala hasrat untuk bisa setiap hari melihat kamu dan tawamu yang menganggu namun telah menjadi sebuah candu bagiku, senyum khas yang terlontar dari bibir tidak simetrismu yang entah bagaimana selalu menjadi objek yang selalu ingin kulihat, dalam naungan salah satu dari berjuta ketidakadilan dalam hidup yang disebut "jarak".

Aku ingat, saat itu kita berdua sama-sama terdiam di mobilmu untuk entah berapa lama, namun itu membuat kemacetan ibukota menjadi sebuah tontonan yang menarik untuk dilihat dan hembusan nafas kita adalah sebuah kebisingan yang merdu sekaligus memilukan untuk didengar.

Kamu membuka percakapan

"Tiga setengah atau empat tahun gak akan kerasa kok"

Terdengar dengan sangat jelas kamu sedang mengerahkan segala daya upaya untuk menyembunyikan kekhawatiran dan ketakutan yang berpesta pora di dalam pikiranmu. Logika ku yang telah lama ambruk bersamaan dengan kata "ya" yang aku ucapkan atas ajakanmu dahulu, seakan hidup kembali untuk menetapkan bahwa ini adalah sebuah akhir atas apa yang telah kita coba rajut hingga bisa membuat kita tetap terpaut hingga saat ini.

Dan pada ada akhirnya, inilah yang ku ujarkan

"Aku nggak ngerti sama hidup, udah gak ada puasnya, terus dia masih juga ngejauhin manusia yang udah ngelewatin banyak hal agar bisa tetap saling berdampingan, di dalam naungan nama "jarak". Namun kalo Tuhan mengharuskan kita untuk tetap bersyukur, tetap berusaha berpositif diantara semua kenegatifan yang ada, maka aku bersyukur memiliki orang istimewa yang pantas untuk dirindukan ataupun dipikirkan sebelum aku tidur seperti kamu. Tiga setengah tahun, empat tahun, berapapun itu, jangan pernah buat aku ngeraguin apa yang telah aku yakini ya"

Kamu hanya tersenyum sambil menggenggam tanganku, kemudian tertawa dan mengacak-acak rambutku dan dengan tentramnya melanjutkan menghisap batang rokok yang terselip diantara telunjuk dan jari tengahmu. Kamu bahagia, namun kamu terlalu takut harga dirimu akan luruh jika kamu mengakuinya. "Sama-sama", ucapku dalam hati. Berusaha menyenangkan diri sendiri dan memaklumi kamu yang kesulitan untuk mengucapkan kalimat "makasih ya, aku sayang kamu". Kamu adalah sebuah kesalahan yang dengan senang hati terus kulakukan berulang-ulang. Memahami lika-liku pikiranmu sungguh menyesatkan, namun anehnya, aku rela selamanya tersesat di dalamnya.

June 13, 2013

Let The Past Go & Begin Again


Been going through a lot of things for this and in my experience, high school sucks. But then I guess we all grow up to find out that when we were younger we were stupid. I was, but today I believe everything I did and been through in the past made me the girl I am today. 
And I don't regret anything.



 

May 30, 2013

Here's To Endings & New Beginnings

 I was sitting in front of my laptop, surfing the internet and listening to my favorite song, before my mind filled with everything that happened in these past three years.

I still remember everything, clearly, in 2010, when I started to entering high school. I still remember my anger and hatred toward my parents when they force me to enter this school. I was being forced at that time. I still can remember how depressed I was in this school because my scores was drop drastically and studying all night long still didn't help and how hard it was to fit in. I used to cry every single day after school because I feel so mad, angry, sad and stupid mostly, because I keep getting bad score after I've done everything.

And then my mind jump off to 2012, when I'm entering to social class and that was the first time I feel exceedingly excited going to school. My scores are getting better and better than I used to. And I still remember clearly how shocked I was because I get a bad scores at Math and that's the beginning of my "eternal hatred towards mathematics". I keep struggling and struggling to get better scores at Math. But still, I can't understand it. Isn't it pathetic when your friends only needs a second to catch it, but you need a MILLION TIMES just to do the same thing. And I still remember, how sad I was because I clearly see it that Math isn't my thing, my passion is anything related to music, design, art and words, but I STILL HAVE to do it to graduate from this school.

And it felt like yesterday, I still remember how nervous I was when I'm facing national exam, in Mathematic especially. And how happy and grateful I am because I finally graduate from this school.
But then I feel burdened with a fact that I still have to struggling again to go to state university, I still have to facing Math and still have to wait again till the announcement of SNMPTN. I still remember how suffocated I was because I can't stop coughing, because I'm too nervous, when the announcement of SNMPTN is in an hour. Even when I'm already allowed to saw the result, I still didn't have any courage to type my name and my D.O.B and click enter.

I keep staring my laptop, my heart keep telling me "do it do it" but my mind said "no don't listen to that bitch, you're not ready to see it yet". I feel like my head and my chest is going to blow up in that afternoon. I can't resist anymore. So, I asked my brother to go upstairs to accompany me to see the result, in case if something bad happened, I've got his hands to catch me if I passed out. I typed my name, my D.O.B, and then click the enter. I closed my eyes. I still didn't have any courage to see it. But the I opened it , and I saw a green font that said


I immediately screamed and cried hysterically, still can't believe what I saw. I hugged my brother and still can't stop sobbing even though he told me I look so ugly when crying. I finally made it. I finally got accepted to state university. I finally got it from a way that I never thought I could passed it. I finally made it. This is really a sweet ending from my bittersweet journey throughout highschool. God really answer my prayers. Even saying "I'm so thankful" still didn't enough to describe how happy and grateful I am for what I achieve. Yay!

Thus, in my experience, high school sucks, but I finally survived. I finally made it. Well, a chapter ending but the stories only just begun. Now what?

May 7, 2013

The future is scary. But...


So, where do I begin.
It has been too far from the beginning I guess. Way too far and this is the real version of "once you go black you'll never go back" that you often see in those movie.

I've finished national exam, I've do my best and now I'm at phase where I should pray hard to God, asking His help to give me best result as a reward for what I've done and keep waiting and praying 'til the announcement day. But lately I find myself more and more frustrated. It happens more often when I can’t sleep. Thinking about the future and how uncertain and unpredictable it is, really scares the hell out of me and this thought suffocates me.

And thinking about the future:

Where I am.


Why I am here.

Where I’m going.

And what if that the plans I’ve set out for myself didn't run well.


And what if I can't make my parents proud of me.

And I can’t come up with any answer.

So I feel like hanging my head and crying.

I've try my best to do well in high school, work hard and struggling so I could stand this far. I want to graduate from high school with satisfying result, go to state university and have a bright future. But this thought really bothering me. I always have this thought that I'm incompetent in comparison, when I see my friends who seem to have it all together.

I know I just need to focus and stop underestimating my self that way, but I am losing my sense of motivation. I know what motivates me, but I don’t know if all the “sacrifices” that I've done to reach my future goal, is really going to be worth it in the end. Shit I hate thinking about the future. I don't hate the future, just the thought of it, that really frustrating.

Yes, indeed.

The future is scary, worrying, depressing, frustrating, suffocating, uncertain, undepredictable, you name it. I think many people would agree with that.

But however, no matter how scary the future is, not a single one of us can go back and change the past. You can’t take back things you said, you can’t undo the things that you did and you’re not going to have a chance to turn back the clock and do things you wish you had.

I have to get to write my own ending to my story. Wise one once said: "The scars you bear are the signs of a competitor. You’re in a lion fight. Just because you didn’t win doesn’t mean you don’t know how to roar". For that reason, no matter how many pain, scars and disappointment that I've been tasted, I believe that I still have the chance to be whoever I want to be, I still believe in hope for my future, and I always believe Allah will never forget to rewards those who work hard.

Well, like Robin in How I Met Your Mother said, the future is scary but you can't just run back to the past because it's familiar.

Now I'm going sleep because I have to go to study center tomorrow.

Xo

January 1, 2013

Hap-Hap-Happy New Year!


My first night in 2013 consist with: Tea, iTunes, Last.fm & Rookie Magazine. I'm happy.


OH MY MY.... It's new year already? Time exceedingly went by really fast. So... 2013, huh? The first year with non-repeating numerals since 1987. So, I'm spending my new year's eve with my family, grilling chicken, meat and fish, eating like a pig and enjoying the spectacular fireworks on Jakarta's night sky. So, how did you guys spend your new year's eve? With your family? Pals? Partying and drunk? Or expecting "New Year's Eve Kiss" moment? If you're not getting kissed this New Years Eve- don't be upset, or feel worthless. It's timing, it's all about timing. Hahahaha just kidding.

This past year has been a whirlwind but also gives me a bunch of goodness. 2012 taught me how to not afraid of standing alone, how to trust yourself and not depends with other people, how to solve problems wisely, how to appreciate every little things that comes into your life and many more.

So, Happy New Year to you. Wishing you a year of health, wealth, happiness, luck, warmth, loads of love of your dear ones, and many varied exciting oppurtunities. May 2013 be even better, full of pleasure, joy and fun.